ceritawan.id – Solo International Performing Arts (SIPA) 2025 resmi berakhir dengan kemeriahan di Pamedan Pura Mangkunegaran, Solo, pada 6 September 2025. Gelaran SIPA 2025 Ditutup Meriah dengan Panggung Kolaborasi Dunia menyoroti perpaduan seni tari, musik, dan teater dari delapan negara dan sepuluh daerah di Indonesia. Untuk itu, artikel ini membahas konsep festival, line-up penampilan, atraksi budaya, dampak ekonomi, dan tips pengunjung untuk edisi mendatang.
Konsep Festival di SIPA 2025 Kolaborasi Dunia
SIPA 2025 mengusung tema “Nifty, Artful, and Visionary” dengan tagline “Harmoni Damai Indonesiaku”. Selain itu, festival ini menonjolkan kreativitas Gen Z melalui kolaborasi seni lintas budaya. Untuk itu, acara ini menyatukan 18 kelompok seniman dari Amerika Serikat, Korea Selatan, Spanyol, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Indonesia. Meski begitu, fokus pada seni tradisional dan kontemporer menciptakan harmoni unik. Oleh karena itu, SIPA menjadi wadah diplomasi budaya. Dengan demikian, Gelaran SIPA 2025 Ditutup Meriah dengan Panggung Kolaborasi Dunia memperkuat posisi Solo sebagai kota budaya global.
CNN Indonesia (web:0) menyebut SIPA sebagai simbol pertukaran budaya yang menarik generasi muda.
Line-Up Penampilan di SIPA 2025 Harmoni Budaya
Hari terakhir, 6 September 2025, menampilkan enam penampilan spektakuler. Selain itu, Samohung dari Trenggalek membuka dengan “The Human Boar”, mengangkat isu lingkungan. Untuk itu, Langenpraja Mangkunegaran dari Solo menyuguhkan “Taman Soka”, kisah Rama-Sinta bergaya keraton. Meski begitu, penampilan internasional seperti Colectivo Glovo (Spanyol) dengan “Alleo” dan POD Dance Project (Korea Selatan) dengan “How’s Open” mencuri perhatian. Oleh karena itu, Duo Etnicholic dari Malang menutup dengan “Cahaya Abadi Leluhur”, diiringi kembang api. Dengan demikian, line-up ini menunjukkan kekayaan seni global.
Klik Solo News (web:2) mencatat ribuan penonton memadati Pamedan Pura Mangkunegaran.
Atraksi Budaya di SIPA 2025 Kolaborasi Dunia
Festival ini menghadirkan atraksi budaya seperti parade kostum dan pameran seni lokal. Selain itu, SIPA Showcase Stage di berbagai titik Solo, seperti pasar tradisional dan car free day, memperluas jangkauan. Untuk itu, kolaborasi dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menampilkan pertunjukan di Teater Besar Gendhon Humardani. Meski begitu, kehadiran juru bahasa isyarat di panggung utama menambah inklusivitas. Oleh karena itu, atraksi ini memperkaya pengalaman penonton. Dengan demikian, SIPA 2025 jadi perayaan budaya yang inklusif.
Good News from Indonesia (web:4) menyoroti juru bahasa isyarat sebagai inovasi inklusif.
Dampak Ekonomi di SIPA 2025 Harmoni Budaya
SIPA 2025 menarik ribuan wisatawan domestik dan internasional, meningkatkan kunjungan ke Solo. Selain itu, UMKM lokal di SIPA Urban Market meraup pendapatan signifikan dari kuliner dan kerajinan. Untuk itu, festival ini memperkuat citra Solo sebagai destinasi wisata budaya, sejalan dengan Piagam Penghargaan Karisma Event Nusantara (KEN) dari Kemenparekraf. Meski begitu, tantangan logistik seperti parkir perlu perhatian. Oleh karena itu, dukungan Pemkot Solo memastikan kelancaran. Dengan demikian, Gelaran SIPA 2025 Ditutup Meriah dengan Panggung Kolaborasi Dunia berdampak positif pada ekonomi.
Badan Otorita Borobudur (web:3) mencatat SIPA sebagai tonggak pariwisata budaya Indonesia.
Tips Pengunjung untuk SIPA 2025 Kolaborasi Dunia
Untuk edisi mendatang, datanglah lebih awal untuk menghindari kepadatan. Selain itu, manfaatkan streaming YouTube resmi SIPA untuk penonton daring. Untuk itu, gunakan transportasi umum seperti bus Trans Solo. Meski begitu, bawa air minum dan topi untuk cuaca September yang panas. Oleh karena itu, ikuti akun Instagram @sipafestival untuk pembaruan. Dengan demikian, pengunjung dapat menikmati festival tanpa hambatan.
Latar Belakang dan Konteks
SIPA, yang dimulai pada 2009, telah menjadi ajang seni internasional tahunan. Selain itu, festival ini sempat pindah ke Benteng Vastenburg sebelum kembali ke Pamedan Pura Mangkunegaran pada 2024. Untuk itu, dukungan tokoh seperti KGPAA Mangkunegara X dan Wali Kota Respati Ardi memperkuat acara. Meski begitu, dinamika sosial-politik 2025 mendorong tagline “Harmoni Damai Indonesiaku”. Oleh karena itu, SIPA jadi jembatan perdamaian melalui seni.
Tantangan dan Solusi
Tantangan utama adalah mengelola ribuan penonton di Pamedan Pura Mangkunegaran. Selain itu, koordinasi seniman internasional memerlukan logistik ketat. Untuk itu, panitia menambah relawan dan fasilitas. Meski begitu, cuaca hujan September bisa mengganggu. Oleh karena itu, tenda cadangan disiapkan untuk kenyamanan.
Kesimpulan
Gelaran SIPA 2025 Ditutup Meriah dengan Panggung Kolaborasi Dunia menampilkan harmoni seni dari Samohung, Colectivo Glovo, hingga Duo Etnicholic pada 4-6 September 2025. Dengan tema “Nifty, Artful, and Visionary”, festival ini memperkuat posisi Solo sebagai kota budaya. Untuk itu, atraksi inklusif dan dampak ekonomi menambah nilai. Meski begitu, persiapan logistik krusial untuk edisi mendatang. Dengan demikian, SIPA 2025 jadi perayaan seni global yang tak terlupakan. Nantikan edisi 2026!