Purbaya Ungkap Hasil Kucuran Rp 200 T ke Bank BUMN: Demand Tumbuh Lagi

Purbaya Ungkap

ceritawan.id Purbaya ungkap hasil kucuran Rp 200 T ke bank BUMN menjadi pembuktian kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang sempat diragukan, di mana penempatan dana pemerintah ke Himbara mulai mendongkrak permintaan masyarakat dan pertumbuhan kredit. Oleh karena itu, pada konferensi pers APBN KiTa di Jakarta Pusat, Selasa (14/10/2025), Purbaya sebut strategi ini sukses meski awalnya dipertanyakan, dengan penjualan ritel tumbuh 5,8%—tertinggi dalam enam bulan terakhir. Dengan demikian, Purbaya ungkap hasil kucuran Rp 200 T ke bank BUMN ini tunjukkan efek positif pada likuiditas perbankan, di mana uang beredar naik 13,5% pada September 2025, dan suku bunga pasar turun. Selain itu, realisasi penyaluran dana capai 56%, dengan BRI, Mandiri, dan BNI sebagai penyerap terbesar. Berikut detail kebijakan, dampak ekonomi, dan prospek, dirangkum pada 15 Oktober 2025.

1. Kronologi Kebijakan Penempatan Dana Rp 200 Triliun

Purbaya ungkap hasil kucuran Rp 200 T ke bank BUMN ini dimulai pada 12 September 2025, ketika Kemenkeu gelontorkan dana simpanan pemerintah ke lima bank Himbara melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 276 Tahun 2025. Dengan kata lain, dana ini bukan dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) atau Saldo Anggaran Lebih (SAL), melainkan pemindahan saldo kas negara dari Bank Indonesia (BI) untuk tingkatkan likuiditas perbankan. Selanjutnya, alokasi: Mandiri, BRI, dan BNI masing-masing Rp 55 triliun (KBMI 4), BTN Rp 25 triliun (KBMI 3), dan BSI Rp 10 triliun (KBMI 3). Untuk itu, Purbaya awalnya diragukan ekonom seperti Faisal Basri, tapi kini bukti hasil positif. Oleh sebab itu, dana ini dilarang dibeli SBN atau SRBI, harus disalurkan ke kredit riil. Dengan begitu, realisasi 56% hingga Oktober, dengan BRI 62%, BNI 50%, BTN 19%, dan BSI 55,5%. Akibatnya, strategi ini percepat roda ekonomi.

2. Dampak Positif: Demand Tumbuh dan Kredit Meningkat

Purbaya ungkap hasil kucuran Rp 200 T ke bank BUMN tunjukkan efek nyata pada perekonomian. Dengan demikian, penjualan ritel tumbuh 5,8% pada September 2025—tertinggi enam bulan terakhir—dan proporsi konsumsi masyarakat naik. Selanjutnya, uang beredar (M1) naik 13,5%, menandakan likuiditas lebih longgar. Untuk itu, PMI Manufaktur Indonesia kembali ke zona ekspansi (50,9 poin), dan kredit perbankan tumbuh 7,6% secara tahunan, naik dari 7,03% Juli. Oleh sebab itu, Purbaya bilang, “Orang sangsi apa bisa menimbulkan demand? Kelihatannya strategi betul, demand-nya mulai tumbuh lagi.” Dengan begitu, kredit UMKM 81,82% YoY dan korporasi 0,45% MoM positif. Akibatnya, PDB diproyeksi naik 5,1% akhir tahun.

3. Serapan Dana per Bank: BRI Terbesar, BTN Terendah

Purbaya ungkap hasil kucuran Rp 200 T ke bank BUMN detail serapan: BRI 62%, BNI 50%, Mandiri 50%, BSI 55,5%, BTN 19%. Dengan kata lain, BTN, yang dapat Rp 25 triliun, hanya serap Rp 10 triliun hingga akhir tahun, fokus kredit perumahan. Selanjutnya, BRI, Mandiri, dan BNI serap cepat untuk kredit modal kerja dan konsumsi. Untuk itu, Purbaya sebut, “Bank pusing mau salurkan kemana, tapi sekarang bergerak.” Oleh sebab itu, suku bunga pasar turun 0,5%, dorong pinjaman. Dengan begitu, likuiditas tambah Rp 112,4 triliun. Akibatnya, pertumbuhan kredit diprediksi 10% akhir tahun.

4. Kritik dan Respons Ekonomi

Purbaya ungkap hasil kucuran Rp 200 T ke bank BUMN sempat dikritik ekonom seperti Faisal Basri, sebut langkah ini “pindah kursi saja”. Dengan demikian, Faisal ragukan efek riil karena daya beli lesu. Selanjutnya, Rektor Universitas Paramadina Didik J. Rachbini sebut potensi langgar 3 undang-undang APBN. Untuk itu, Purbaya bantah, sebut dana pemindahan kas negara, bukan SAL/SiLPA, untuk dorong kredit. Oleh sebab itu, Gubernur BI Perry Warjiyo sambut baik: “Kebijakan fiskal ekspansif tingkatkan likuiditas.” Dengan begitu, OJK sebut kredit UMKM naik 81,82% YoY. Akibatnya, kritik mereda, fokus serapan.

5. Prospek Penyaluran Dana dan Ekonomi 2026

Purbaya ungkap hasil kucuran Rp 200 T ke bank BUMN prospek cerah untuk 2026. Dengan demikian, Purbaya target serap Rp 71 triliun APBN 2025 penuh, dorong PDB 5,1%. Selanjutnya, kredit konsumsi tumbuh 0,61% MoM, UMKM 81,82% YoY. Untuk itu, kebijakan ini tak picu inflasi demand-pull, karena ruang pertumbuhan luas. Oleh sebab itu, Purbaya sebut, “Uang beredar naik 13,5%, ekonomi akan tumbuh.” Dengan begitu, APBN 2026 Rp 268 triliun + Rp 67 triliun cadangan lebih siap. Akibatnya, pertumbuhan inklusif.

Kesimpulan Purbaya ungkap hasil kucuran Rp 200 T ke bank BUMN bukti strategi likuiditas sukses, dengan demand tumbuh 5,8% dan uang beredar 13,5%. Oleh karena itu, serapan 56% dorong kredit 7,6% YoY. Dengan demikian, kritik mereda, fokus 2026. Untuk itu, pantau serapan akhir tahun. Akibatnya, ekonomi stabil