Bahaya Keracunan Makanan, Penyebab dan Pencegahannya

Bahaya Keracunan Makanan

ceritawan.id – Keracunan makanan, atau yang dikenal sebagai penyakit bawaan makanan, menjadi ancaman kesehatan yang sering dialami jutaan orang setiap tahunnya. Di Indonesia, kasus ini sering muncul akibat makanan terkontaminasi, terutama di musim panas atau saat liburan. Bahaya Keracunan Makanan tak hanya bikin mual dan diare, tapi bisa berujung dehidrasi parah atau infeksi kronis. Artikel ini ulas apa itu keracunan makanan, bahayanya, penyebab utama, serta cara mencegahnya agar Anda dan keluarga tetap aman saat makan.

Apa Itu Keracunan Makanan?

Keracunan makanan adalah kondisi di mana tubuh bereaksi negatif setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, parasit, atau zat kimia berbahaya. Gejala biasanya muncul dalam hitungan jam hingga hari, seperti mual, muntah, diare, perut melilit, demam, dan lemas. Proses ini adalah cara tubuh membuang racun, tapi jika tak ditangani, bisa berbahaya. Di Amerika saja, 48 juta orang terkena tiap tahun, dan di Indonesia, kasus serupa sering dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan. Dengan demikian, pemahaman dini jadi kunci untuk hindari komplikasi.

Bahaya Keracunan Makanan yang Mengintai

Bahaya Keracunan Makanan paling umum adalah dehidrasi akibat muntah dan diare berulang, yang bisa picu pusing, mulut kering, dan penurunan tekanan darah. Pada kasus ringan, gejala hilang dalam 1-2 hari, tapi pada kelompok rentan seperti anak kecil, lansia, atau orang dengan imun lemah, bisa berujung infeksi berat seperti keracunan Salmonella atau E. coli yang sebabkan gagal ginjal atau sepsis. Demam di atas 38,5°C atau darah dalam tinja jadi tanda darurat—segera ke dokter. Selain itu, zat kimia dari pestisida atau jamur beracun bisa rusak saraf atau hati. Untuk itu, jangan anggap remeh gejala awal agar hindari rawat inap.

Penyebab Utama Keracunan Makanan

Penyebab keracunan makanan beragam, tapi utamanya kontaminasi dari bakteri seperti Salmonella, E. coli, Listeria, atau Staphylococcus aureus, yang tumbuh di daging mentah, telur, atau susu tak dipasteurisasi. Virus seperti norovirus sering lewat makanan laut atau sayur kotor, sementara parasit dari air tercemar. Zat kimia dari pestisida atau toksin alami di jamur/ikan juga ikut andil. Kontaminasi terjadi sejak produksi, seperti saat petani pakai air kotor, atau di dapur saat tangan tak dicuci setelah sentuh mentah. Makanan olahan seperti mie instan kadaluarsa atau seafood mentah jadi penyumbang besar. Dengan demikian, kebersihan dari hulu ke hilir jadi pencegah utama.

Cara Mencegah Kerucun Makanan di Rumah

Mencegah lebih baik daripada mengobati, dan langkah sederhana bisa kurangi risiko hingga 80%. Cuci tangan 20 detik sebelum masak, pisahkan talenan daging mentah dan sayur, serta simpan makanan mentah di bawah rak kulkas agar cairannya tak menetes ke makanan matang. Masak daging hingga matang (suhu internal 75°C), cuci buah-sayur di bawah air mengalir, dan hindari makanan kadaluarsa. Simpan makanan panas di atas 60°C atau dingin di bawah 5°C, serta panaskan sisa makanan sebelum dimakan. Hindari susu mentah atau telur setengah matang. Untuk itu, terapkan “4 aturan aman” dari WHO: bersih, pisah, masak, dan dingin.

Kesimpulan

Bahaya Keracunan Makanan bisa dicegah dengan kesadaran akan penyebab seperti kontaminasi bakteri dan zat kimia, serta langkah pencegahan seperti kebersihan dapur dan masak matang. Gejala ringan bisa diatasi istirahat dan minum banyak, tapi waspadai tanda darurat seperti dehidrasi parah. Dengan rutinitas sehat, Anda lindungi keluarga dari ancaman ini—makan enak tanpa khawatir!