ceritawan.id – Sayyang Pattuddu, tradisi “Kuda Menari” khas Polewali Mandar, Sulawesi Barat, rayakan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 di Desa Galung Tuluk, Balanipa. 70 kuda hias arak anak hafidz Al-Qur’an, diiringi kidung Kalindadda. Oleh karena itu, artikel ini rangkum sejarah, rangkaian, dan makna, berdasarkan Kompas.com per 18 September 2025, 14:00 WIB, dengan tambahan dari Kemenag.go.id dan JatimTimes.com.
Sayyang Pattuddu: Sejarah dan Asal-Usul
Sayyang Pattuddu, atau “kuda menari”, bagian Maulid Nabi sejak era Kerajaan Mandar. Selain itu, tradisi ini simbol kegembiraan hafalan Al-Qur’an. Dengan demikian, kuda hias arak anak hafidz sebagai pahlawan kecil. Misalnya, Kemenag.go.id sebut ritual ini perayaan spiritual. Untuk itu, kidung Kalindadda, syair adat, tuntun kuda “menari”. Oleh sebab itu, Sayyang Pattuddu lestari di Polewali Mandar.
Rangkaian Sayyang Pattuddu di 2025
Acara 10 September 2025 di hamparan sawah Galung Tuluk. Selain itu, 70 kuda hias pernak-pernik mewah arak anak hafidz. Dengan kata lain, kidung Kalindadda dilantunkan tokoh adat. Misalnya, JatimTimes.com catat ribuan warga hadir. Untuk itu, irama musik tradisional selaraskan langkah kuda. Oleh sebab itu, rangkaian ini simbol harmoni manusia-alam.
Makna Spiritual dan Budaya Sayyang Pattuddu
Sayyang Pattuddu ajarkan nilai ilmu, kerja keras, dan identitas. Selain itu, arak hafidz ingatkan komitmen agama. Dengan demikian, kuda “menari” wakili kegembiraan. Misalnya, keharmonisan penunggang-kuda-musik simbol hubungan budaya. Untuk itu, tradisi ini pengingat kolektif. Oleh sebab itu, Sayyang Pattuddu perkuat ikatan masyarakat Mandar.
Kesimpulan
Sayyang Pattuddu rayakan Maulid Nabi 2025 dengan 70 kuda menari di Polewali Mandar. Oleh karena itu, tradisi ini simbol spiritualitas dan budaya. Dengan demikian, undang dunia lihat kekayaan Indonesia. Untuk itu, pantau Kompas.com.